HALLO SELEB - Nadhatul Ulama identik dengan kebangkitan para ulama, sehingga yang pantas jadi Pimpinan Nadhatul Ulama juga harus seorang ulama. Pernyataan ini menegaskan, jika Jusuf Kalla menolak untuk dicalonkan menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU).
Hal ini sesuai keterangan resmi dari Jusuf Kalla, yang beredar pada Rabu (17/11/2021). Wakil Presiden RI ke-10 ini menegaskan, bahwa Nadhatul Ulama identik dengan kebangkitan para ulama, sehingga yang pantas jadi Pimpinan Nadhatul Ulama juga harus seorang ulama.
Penentuan Ketua Umum PBNU periode berikutnya akan berlangsung pada Muktamar ke-34 NU akhir Desember 2021.
Jusuf Kalla sebelumnya pernah menjabat sebagai Mustasyar PBNU periode 2015-2020. Tak heran kalau namanya kembali dicalon kan sebagai Ketum PBNU.
Sebelumnya, elite Partai Demokrat Syahrial Nasution mendorong Jusuf Kalla maju dalam Muktamar ke-34 PBNU sebagai calon Ketua Umum PBNU. Menurut Syahrial, Jusuf Kalla layak menjadi pemimpin di organisasi tersebut lantaran dia memiliki segudang pengalaman.
"Saya hanya menilai dari sisi kapasitas dan kapabilitas Pak JK. Mantan Wapres Pak SBY dan Mantan Wapres Pak Jokowi. Tokoh Indonesia timur dan juga tokoh NU. Piawai dalam memimpin organisasi," ujar Syahrial, Minggu (14/11/2021).
Muktamar PBNU ke-34 akan dilaksanakan di Lampung pada 23-25 Desember 2021. Pemilihan Ketua Tanfidziyah atau Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Muktamar kali ini, dilakukan dengan metode one man one vote oleh para pemilik suara.
Sejumlah nama kandidat muncul ke permukaan untuk menempati posisi Ketua Tanfidziyah atau Ketua Umum, diantaranya petahana KH Said Aqil Siroj, KH Yahya Cholil Staquf hingga KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha).
Pada Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur pada 2015 lalu, KH Said Aqil Siroj kembali terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah PBNU secara aklamasi setelah calon lainnya yakni KH As'ad Ali Said mengundurkan diri pada pemilihan putaran kedua.***
Artikel Terkait
Kata Wakil Ketua MUI Anwar Abbas , Ustad Farid Okbah Anti Teroris, Kenapa Ditangkap Densus 88?